HAKIKAT WACANA DAN KEDUDUKAN DALAM LINGUISTIK
HAKIKAT
WACANA DAN KEDUDUKANNYA
DALAM
LINGUISTIK
Tri
Agustiningsih
(156148)
PBSI
2015 B
A.
Pendahuluan
Linguistik atau ilmu bahasa merupakan cabang ilmu
yang mengkaji perihal bahasa. Kita sekarang bukan hanya mengenal linguistik
saja tetapi wacana. Pada mulanya, kata wacana dalam bahasa Indonesia digunakan
untuk mengacu pada bahan bacaan, percapakan, tuturan (Purwadarminta, 1986 : 3).
Biasanya kita bisa menemuinya dalam buku-buku pelajaran bahasa Indonesia mulai
dari SD sampai SMA. Di buku-buku tersebut, kata wacana digunakan sebagai kata
umum.
Bukan hanya dikenal dalam buku-buku pelajaran saja,
kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa,
psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya. Pembahasan wacana
juga berkaitan erat dengan keterampilan
berbahasa terutama keterampilan berbahasa bersifat produktif, yaitu berbicara
dan menulis. Baik wacana maupun keterampilan berbahasa, sama-sama menggunakan
bahasa sebagai alat komunikasi.
Wujud wacana sebagai media komunikasi berupa
rangkaian ujaran lisan dan tulis. Sebagai media komunikasi wacana lisan,
wujudnya dapat berupa sebuah percakapan atau dialog lengkap dan penggalan
percakapan.
B.
Hakikat
Wacana
Pada pembahasan ini, wacana digunakan sebagai
istilah yang merupakan padanan dari istilah discourse
(bahasa inggris). Istilah wacana mempunyai acuan yang lebih luas dari sekadar
bacaan. Wacana merupakan satuan bahasa di bawahnya secara berturut-turut adalah
kalimat, frase, kata, dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian bunyi membentuk
kata. Rangkaian kata membentuk frase dan rangkaian frase membentuk kalimat.
Akhirnya rangkaian kalimat membentuk wacana.
Wacana sebagai “kemampuan untuk maju (dalam
pembahasan) menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya”, dan “komunikasi
buah pikiran, baik lisan maupun tulisan yang resmi dan teratur” Menurut
Marahimin (Analisis Teks Media, 1994 : 26). Selain itu juga wacana ialah
rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri
atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan
yang lain. Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan dan dapat pula memakai
bahasa tulisan Tarigan (Pengajaran Wacana, 1993 : 23).
Pembahasan wacana pada segi lain adalah membahas
bahasa dan tuturan itu harus di dalam rangkaian kesatuan situasi penggunaan
yang utuh. Di sini, makna suatu bahasa berada pada rangkaian konteks dan
situasi, seperti dikemukakan oleh Firth Menurut Syamsuddin (Analisis Teks
Media, 1992 : 2), “language as only meaningful in its context of situation”.
Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa pembahasan ini wacana pada dasarnya
merupakan pembahasan terhadap hubungan antara konteks-konteks yang terdapat di
dalam teks. Pembahasan itu bertujuan menjelaskan hubungan antara kalimat atau
antara ujaran yang membentuk wacana.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa wacana merupakan satuan bahasa yang berapa pada tingkatan paling
atas/tinggi pada tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam
konteks sosial. Satuan bahasa dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran.
C.
Kedudukan
Wacana Dalam Linguistik
Dalam satuan kebahasaan atau hirarki kebahasaan,
kedudukan wacana berada pada posisi paling besar dan paling tinggi Menurut
Harimurti Kridalaksana (Keutuhan Wacana dalam Bahasa dan Sastra th. IV No.1, 1978
: 334). Hal ini disebabkan wacana sebagai satuan gramatikal dan sekaligus objek
kajian linguistik mengandung semua unsur kebahasaan yang diperlukan dalam
segala komunikasi.
Tiap kajian wacana akan selalu mengaitkan
unsur-unsur satuan kebahasaan yang ada dibawahnya seperti fonem, morfem, frasa, klausa, atau kalimat disamping itu, kajian wacana
menganalisis makna dan konteks pemakaiannya.
§ Hubungan “Analisis Wacana” Dengan
Cabang Ilmu Lain
Dalam
buku Linguistik Umum yaitu Abdul Chaer.
2007: 102
1.
Analisis
“Wacana” dengan “Fonologi”
Hubungan
antara fonologi dan wacana adalah sebagai berikut:
§ Fonologi
maupun wacana sama-sama menggunakan bahasa sebagai objek kajiannya, hanya saja
perbedaannya adalah fonologi mengkaji struktur bahasa (khususnya bunyi bahasa)
sedangkan analisis wacana mengkaji bahasa di luar struktur/kaidah-kaidah.
Secara Hierarki, Fonologi merupakan tataran terkecil dalam Wacana. Dalam
mengkaji wacana, teori tentang bunyi-bunyi bahasa sangat diperlukan sebab
Fonologi merupakan dasar dari ilmu bahasa lainnya.
§ Fonologi
dan Wacana sama-sama mengkaji bahasa dalam bentuk lisan, hanya saja yang
membedakan adalah fonologi tidak mengkaji bahasa dalam bentuk tulisan sebab
yang menjadi objeknya hanyalah bunyi-bunyi bahasa yang dikeluarkan oleh alat
ucap manusia, sedangkan wacana mengkaji naskah-naskah yang berbentuk tulisan.
2.
Analisis
“Wacana” dengan “Morfologi”
Hubungan
Morfologi dengan Wacana adalah sebagai berikut:
§ Morfologi
dan Wacana sama-sama menggunakan bahasa sebagai objek kajiannya. Hanya saja,
sama dengan Fonologi, morfologi juga mengkaji struktur bahasa (khususnya
pembentukan kata) sedangkan analisis wacana mengkaji bahasa di luar
struktur/kaidah-kaidah. Secara Hierarki, Morfologi merupakan tataran terkecil
kedua dalam Wacana. Dalam mengkaji wacana, teori tentang pembentukan kata
sangat dibutuhkan sebab Wacana yang berbentuk naskah itu terbentuk dari susunan
kata demi kata yang memiliki makna.
§ Morfologi
yang mempelajari seluk beluk pembentukan kata sangat berhubungan dengan Wacana
karena dalam Wacana harus tepat dalam memilih kata-kata sesuai dengan maksud
yang ingin disampaikan oleh Wacana tersebut.
3.
Analisis
“Wacana” dengan “Sintaksis”
Hubungan
antara Sintaksis dengan Wacana adalah sebagai berikut:
§ Sintaksis
dan Wacana sama-sama menggunakan bahasa sebagai objek kajiannya. Hanya saja,
sama dengan Fonologi dan morfologi, Sintaksis juga mengkaji struktur bahasa
(khususnya pembentukan kalimat) sedangkan analisis wacana mengkaji bahasa di
luar struktur/kaidah-kaidah. Secara Hierarki, Sintaksis merupakan tataran
terkecil ketiga dalam Wacana.
§ Sintaksis
yang mempelajari seluk beluk pembentukan kalimat sangat berhubungan dengan
Wacana karena Dalam mengkaji wacana, teori tentang pembentukan kalimat sangat
dibutuhkan. Sebuah Wacana dapat dikatakan baik apabila hubungan antara
kalimat-kalimatnya kohesi dan koheren.
4.
Analisis
“Wacana” dengan “Semantik”
George
dalam Tarigan (1964:1), secara singkat dan populer menjelaskan bahwa semantik
adalah telaah mengenai makna. Hubungannya dengan Wacana adalah baik Semantik
maupun Wacana sama-sama mengkaji makna bahasa sebagai objek kajiannya. Hanya
saja perbedaannya adalah Semantik mengkaji makna leksikal bahasa (makna
lingistik), sedangkan Wacana mengkaji makna kontekstual atau implikatur dari ujaran-ujaran
atau teks-teks.
5.
Analisis
“Wacana” dengan “Pragmatik”
Hubungan
antara “Pragmatik” dan “Wacana” adalah sama-sama mengkaji makna bahasa yang
ditimbulkan oleh konteks.
6.
Analisis
“Wacana” dengan “Filologi”
Hubungan
Wacana dengan Filologi adalah: Filologi dan wacana sama-sama mengkaji bahasa
dalam bentuk teks atau naskah. Perbedaan keduanya terletak pada tema atau topik
teks atau naskah tersebut. Filologi mengangkat topik yang khusus membahas
tentang sejarah sedangkan Wacana mengangkat topik yang lebih umum dari segala
aspek sosial kehidupan bermasyarakat.
7.
Analisis
“Wacana” dengan “Semiotika”
Hubungannya
dengan wacana adalah, baik wacana maupun semiotika sama-sama mengkaji tentang
makna bahasa. Hanya saja, semiotika mengkaji makna bahasa berdasarkan ikon,
symbol ataupun indeks sedangkan wacana mengkaji makna tuturan maupun
ujaran-ujaran yang dihasilkan oleh masyarakat tutur.
D. Simpulan
Istilah wacana mempunyai acuan yang
lebih luas dari sekadar bacaan. Wacana merupakan satuan bahasa di bawahnya
secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi. Secara berurutan,
rangkaian bunyi membentuk kata. Rangkaian kata membentuk frase dan rangkaian
frase membentuk kalimat. Akhirnya rangkaian kalimat membentuk wacana. Dalam
satuan kebahasaan atau hirarki kebahasaan, kedudukan wacana berada pada posisi
paling besar dan paling tinggi . Hal ini disebabkan wacana sebagai satuan
gramatikal dan sekaligus objek kajian linguistik mengandung semua unsur
kebahasaan yang diperlukan dalam segala komunikasi. Ada juga hubungan wacana
dengan cabangan ilmu lain yaitu berhubungan dengan fonolofi, sintaksis,
morfologi, filologi, semantik dan pragmatik.
DAFTAR
PUSTAKA
Kridaklaksana,
Harimurti. 1978. Keutuhan Wacana dalam
Bahasa dan Sastra th. IV No.1. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa
Martutik, MP.d.
2006. Analisis Wacana Sebuah Kajian
Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia
Sobur, Alex.
2001. Analisis Teks Media.
Yogyakarta: Rosdakarya
Chaer, Abdul. Linguistik Umum. 2007. Jakarta: Rineka
Cipta.
Komentar
Posting Komentar