PIRANTI KOHESI DAN KOHERENSI
PIRANTI KOHESI DAN KOHERENSI
Oleh : Tri Agustiningsih PBSI 2015 B
(156148)
A. Pengertian
Kohesi dan Koherensi
Menurut Djajasudarma (2010:44),
kohesi merupakan hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain,
sehingga terbentuklah pengertian yang apik atau koheren. Kohesi di sini lebih
merujuk pada perpautan bentuk. Berbeda dengan koherensi, koherensi di sini
lebih merujuk pada perpautan makna. Pada umumnya wacana yang baik harus
memiliki kedua unsur tersebut, yaitu kohesi dan koherensi. Wacana yang kohesif
dan koheren merupakan wacana yang utuh, maksudnya ialah kalimat atau kata yang
digunakan bertautan:pengertian antara yang satu menyambung pengertian yang
lainnya secara berturut-turut.
Contoh kohesi: Listrik mempunyai
banyak kegunaan. Orang tuaku berlangganan listrik dari PLN. Baru-baru ini tarif
pemakaian listrik naik 25%, sehingga banyak
masyarakat yang mengeluh. Akibatnya, banyak pelanggan listrik yang melakukan
penghematan. Jumlah peralatan yang menggunakan listrik sekarang meningkat. Alat
yang banyak menyedot listrik adalah AC atau alat penyejuk udara. Di
kantor-kantor sekarang penggunaan alat penyejuk udara itu sudah biasa saja,
bukan barang mewah.
Contoh
wacana di atas dikatakan kohesif, karena menggunakan kohesi pengulangan,
misalnya listrik yang diulang beberapa kali. Namun, paragraf tersebut tidak
padu karena bagian-bagian paragraf itu tidak mempunyai kepaduan secara maknawi.
Contoh koherensi: Buah Apel adalah salah satu buah yang sangat tidak diragukan kelezatan
rasanya. (b) Menurut
beberapa penelitian dibalik kelezatan dari rasa buah apel ternyata juga
mengandung banyak zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita. (c) Untuk itu sangatlah penting untuk mengkonsumsi buah
apel. (d) Buah Apel memiliki kandungan vitamin, mineral dan unsur lain seperti serat,
fitokimian, baron, tanin, asam tartar, dan lain sebagainya. (e) Dengan
kandungan zat-zat tersebut buah apel
memiliki manfaat yang dapat mencegah dan menanggulangi berbagai penyakit. (f)
Berikut ini adalah beberapa manfaat buah apel bagi kesehatan yang
berhasil dihimpun dari berbagai sumber yaitu buah apel dapat mencegah
penyakit asma, dapat mengurangi berat badan, melindungi tulang,
menurunkan kadar kolesterol, mencegah kanker hati, kanker paru-paru, kanker
payudara, kanker usus, mengontrol diabetes, membersihkan dan menyegarkan mulut.
Bagian yang
terdapat pada wacana di atas saling
mempunyai kaitan secara maknawi, kalimat di atas menjelaskan secara rinci
zat-zat dan manfaat yang terkandung dalam buah apel. Wacana itu termasuk wacana
padu karena hampir setiap kalimat berhubungan padu secara maknawi dengan bagian
lain. Selain itu, wacana itu juga kohesif. Ada beberapa kata yang diulang (buah
apel pada setiap kalimat). Jadi, wacana itu harus kohesif dan dan
koherensif. Bahkan keterpaduanlah (koherensi) yang harus diutamakan.
Pada umumnya kohesi dan koherensi
saling berhubungan, namun bukan berarti bahwa kohesi harus selalu ada agar
wacana menjadi koheren. Ada kalanya suatu percakapan yang apabila ditinjau dari
segi kata-katanya tidak kohesif, namun apabila dilihat dari segi maknanya bisa
saja koheren, kemudian ada juga percakapan yang dari segi pengulangan leksikal
seolah-olah kohesif, namun dari segi makna tidak koheren. Dengan demikian dapat
diketahui bahwasanya ada suatu wacana yang kohesif dan koheren dan ada pula
wacana yang tidak kohesif namun koheren (Djajasudarma, 2010:46).
Sebuah wacana teks dapat dikatakan
kohesif dan koheren dengan melalui upaya, antara lain: pasangan berdekatan,
penafsiran lokal, prinsip analogi, dan pentingnya konteks.
B. Piranti Kohesi dan Koherensi
Menurut
Halliday dan Hassan (1976), unsur kohesi terbagi atas dua macam, yaitu unsur
leksikal dan unsur gramatikal. Piranti kohesi gramatikal merupakan piranti atau
penanda kohesi yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa. Piranti
kohesi leksikal adalah kepaduan bentuk sesuai dengan kata.
C. Piranti Kohesi
Gramatikal dan Leksikal
1.
Piranti Kohesi Gramatikal
Kohesi
gramatikal adalah kepaduan bentuk bagian-bagian wacana yang diwujudkan ke dalam
sistem gramatikal.
Secara lebih
rinci, aspek gramatikal wacana meliputi:
a.
Pengacuan (
Refrensi )
Pengacuan atau referensi adalah
salah satu jenis kohesi gramatik yang merupakan satuan lingual tertentu yang
mengacu pada satuan lingual lain yang mendahului atau mengikutinya. Berdasarkan
tempatnya, apakah acuan itu berada di dalam teks atau di luar teks, maka
pengacuan dibedakan menjadi dua jenis yakni (1) pengacuan endofora, apabila
acuannya berada atau terdapat dalam teks wacana itu. Contohnya Hati Adi terasa berbunga-bunga. (b) Dia yakin Janah menerima
lamarannya. Kata Dia pada kalimat (b) mengacu pada kata Adi. Pola
penunjukkan inilah yang menyebabkan kedua kalimat tersebut berkaitan secara
padu dan saling berhubungan. (2) pengacuan eksofora, apabila acuannya berada atau
terdapat di luar teks. Contohnya, Itu
matahari. Kata itu pada tuturan
tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu ‘benda yang berpijar yang
menerangi alam ini.’
b.
Subtitusi
Subtitusi
adalah hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih besar
untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau untuk menjelaskan suatu struktur
tertentu. Subtitusi merupakan hubungan gramatikal, lebih bersifat hubungan kata
dan makna. Subtitusi dalam bahasa Indonesia dapat bersifat nominal, verbal,
klausal, atau campuran. Contohnya di
sini dalam kata ganti orang. Nurul mengikuti olimpiade matematika. Ia mewakili Kalimantan
Selatan. Kata Ia di
sini mengacu pada kata ganti orang yang merujuk pada Nurul.
c.
Elipsis
Elipsis
adalah peniaadaan kata atau satuan lain yang ujud asalnya dapat diramalkan dari
konteks bahasa atau luar bahasa. Ellipsis dapat pula dikatakan penggantian nol
; sesuatu yang ada tetapi tidak diucapakan atau tidak dituliskan. Contohnya, Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi
saat- saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini. (Saya
mengucapkan) terima kasih Tuhan.
d.
Konjungsi
Konjungsi
adalah yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa,
klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf.
Piranti
konjungsi dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a)
Piranti urutan waktu
Contohnya: Ani memberikan sambutan di Kantor Walikota Balikpapan. Setelah itu
dia akan berkunjung ke Pulau Kumala.
b)
Piranti Pilihan
Contoh: Pergi ke Pasar Lama atau
ke Pasar Baru.
c)
Piranti Alahan
Contoh: Rumi tetap pergi ke Kampus, meskipun hujan.
d)
Piranti Parafrase
Contoh: Perlu juga diperhatikan bahwa sejumlah teori dan pendekatan yang ada
tersebut, bagi pembaca justru saling melengkapi. Dengan kata lain, apabila
tujuan pembaca ingin memahami keseluruhan aspek dalam karya satra, tidak
mungkin mereka hanya memiliki satu pendekatan.
e)
Piranti Ketidaserasian
Contoh: Nyasar di Martapura, padahal saya sudah melihat penunjuk jalan.
f)
Piranti Serasian
g)
Piranti Tambahan (Aditif)
h)
Piranti Pertentangan (Kontras)
i)
Piranti Perbandingan (Komparatif)
j)
Piranti Sebab-akibat
k)
Piranti Harapan (Optatif)
2.
Piranti Kohesi Leksikal
Kohesi
leksikal adalah hubungan antar unsur dalam wacana secara semantik. Hubungan
kohesif yang diciptakan atas dasar aspek leksikal, dengan pilihan kata yang
serasi, menyatakan hubungan makna atau relasi semantik antara satuan lingual
yang satu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana.
Aspek
leksikal dalam wacana dibedakan menjadi enam yakni :
a.
Repetisi
Repetisi adalah pengulangan satuan
lingual yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang
sesuai.
b.
Sinonimi
Sinonimi dapat diartikan sebagai
nama lain untuk benda atau hal yang sama atau ungkapan yang maknanya kurang
lebih sama dengan ungkapan lain. Sinonimi merupakan salah satu aspek leksikal
untuk mendukung kepaduan wacana.
c.
Antonimi
Antonimi dapat diartikan sebagai
nama lain untuk benda atau hal yang lain, satuan lingual yang maknanya
berlawan/berposisi dengan satuan lingual yang lain.
d.
Kolokasi
Kolokasi atau sanding kata adalah
asosiasi dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara
berdampingan.
e.
Hiponimi
Hiponimi dapat diartikan sebagai
satuan bahasa yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual
yang lain.
f.
Ekuivalen (
kesepadanan)
Ekuivalen adalah hubungan
kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain
dalam sebuah paradigma. Dalam hal ini, sejumlah kata hasil proses afiksasi dari
morfem asal yang sama menunjuk adanya hubungan kesepadanan.
D. Koherensi
1.
Pengertian Koherensi
Dalam sebuah
kamus besar dapat dibaca keterangan mengenai koherensi sebagai berikut (1)
kohesi; perbuatan atau keadaan menghubungkan, memperlihatkan, (2).Koneksi;
hubungan yang cocok dan sesuai atau ketergantungan satu sama lain yang rapi,
beranjak dari hubungan-hubungan alamiah bagian-bagian atau hal-hal satu sama
lain, seperti dalam bagian-bagian wacana, atau argumen-argumen suatu rentetan
penalaran.
Dari pengertian
yang tertera pada kamus tersebut dapat dilihat bahwa tidak terlihat perbedaan
nyata koherensi dan kohesi. Koherensi adalah pengaturan secara kenyataan dan
gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami
pesan yang dikandungnya ( Wohl, 1978 : 25).
2.
Jenis-jenis Koherensi
Aneka sarana keutuhan wacana dari
segi makna menurut Harimurti Kridalaksana (1978) yakni :
a.
hubungan
sebab akibat
b.
hubungan
alasan akibat
c.
hubungan
sarana hasil
d.
hubungan
sarana tujuan
e.
hubungan
latar kesimpulan
f.
hubungan
hasil kegagalan
g.
hubungan
syarat hasil
h.
hubungan
perbandingan
i.
hubungan
parafratis
j.
hubungan
amplikatif
k.
hubungan
aditif temporal
l.
hubungan
aditif non temporal
m.
hubungan
identifikasi
n.
hubungan
generic spesifik
o.
hubungan
ibarat
DAFTAR
RUJUKAN
Djajasudarma, Fatimah. 2010. Wacana. Bandung: PT Refika Aditama.
Martutik, Laila 2012. Piranti Kohesi dan Koherensi. Diunduh
dari https://lailamartutik.blogspot.co.id.
Pada hari Kamis, 01 Juni 2017.
Komentar
Posting Komentar