Prasarat Wacana : Kohesi, Koherensi Dan Topik Wacana



Prasarat Wacana : Kohesi, Koherensi Dan Topik Wacana
Tri Agustiningsih 156148
A.      PENDAHULUAN
Kepaduan makna dan kerapian bentuk merupakan faktor penting untuk menentukan tingkat keterbacaan dan keterpahaman wacana. Kepaduan (kohesi) dan kerapian (koherensi) merupakan unsur hakikat wacana,unsur yang turut menentukan keutuhan wacana. Dalam kata kohesi, tersirat pengertian kepaduan dan keutuhan, dan pada kata koherensi terkandung pengertian pertalian dan hubungan.
Jika dikaitkan dengan aspek bentuk dan makna, kohesi mengacu kepada aspek bentuk, dan koherensi kepada aspek makna wacana. Selanjutnya dapat juga dikatakan bahwa kohesi mengacu kepada aspek formal bahasa, sedangkan koherensi mengacu kepada aspek ujaran.
Alasan penulis mengambil judul tersebut karena di dalam setiap wacana selalu ada unsur-unsur yang mendukungnya. Salah satunya adalah kohesi dan koherensi. Tetapi tidak semua paragraf mengandung kedua unsur tersebut. Kadang hanya memiliki salah satu dari keduanya, sehingga kita harus lebih cermat untuk menyempurnakan kalimat tersebut agar menjadi kalimat yang logis dan tepat.

B.       Kohesi
Menurut Gutwisnky, 1976 : 26 (Tarigan, 2009 : 93), kohesi merupakan  organisasi sintaksis, merupakan wadah kalimat-kalimat disususun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Hal ini berarti kohesi meupakan wadah kalimat yang diatur sesuai untuk menghasilkan tuturan yang baik.
Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan tata bahasa. Kohesi leksikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan kata.
1.    Kohesi gramatikal meliputi:
a.       Referensi (pengacuan), merupakan pengacuan satuan lingual tertentu terhadap satuan lainnya. Di lihat dari acuannya, referensi terbagi atas:
-          Referensi eksofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di luar teks wacana. Contoh: Itu matahari, kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu “benda berpijar yang menerangi alam ini”.
-          Referensi endofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di dalam teks wacana. Referensi endofora terbagi atas:
-          Referensi anaphora yaitu pengacuan satual lingual yang disebutkan terlebih dahulu, mengacu yang sebelah kiri.
- Referensi katafora yaitu pengacuan satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu yang sebelah kanan.
b.      Substitusi ( penggantian), diartikan sebagai penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk  memperoleh unsur pembeda. Substitusi dilihat dari satuan lingualnya dapat dibedakan atas:
-          Substitusi nominal yaitu penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain yang berupa kata benda. Contoh: Memang Soni mencintai gadis itu. Wanita itu berasal dari Surakarta. Pacarnya itu memang cantik, halus budi bahasanya, dan bersifat keibuan.
-          Substitusi verbal yaitu penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain yang berupa kata kerja. Contoh: Soni berusaha menyembuhkan penyakitnya dengan berobat ke dokter kemarin sore. Ternyata dia di vonis menderita penyakit kanker. Selain berusaha ke dokter, dia juga tidak lupa berdoa dan selalu berikhtiar pada allah.
-          Substitusi frasa yaitu penggantisn satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain yang berupa frasa. Contoh: Hari ini hari minggu. Mumpung hari libur aku manfaatkan saja untuk menengok Nenek di desa.
-          Substitusi klausal yaitu penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain yang berupa klausa. Contoh:
Nida    : jika perubahan yang dialami oleh azam tidak bisa diterima dengan baik oleh orang-orang di sekitarnya, mungkin hal itu dikarenakan oleh kenyataan bahwa orang –orang tesebut banyak yang tidak sukses seperti azam.
Barik   : tampaknya memang begitu!
c.       Elipsis atau pelesapan, adalah pelesapan satuan lingual tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya. Contoh: Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat-saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih. Kalimat kedua yang berbunyi terima kasih merupakan elipsis. Unsur yang hilang adalah subjek dan predikat. Kalimat tersebut selengkapnya berbunyi: Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat-saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini. Saya mengucapkan terima kasih.
d.      Konjungsi (perangkaian), adalah kohesi gramatikal yang dilakukan dengan menghubungkan unsure yang satu dengan unsure yang lain. Unsur yang dirangkai berupa kata, frasa, klausa, dan paragraf.

2. Kohesi leksikal yaitu perpaduan bentuk dalam struktur kata. Kohesi leksikal meliputi:
a.       Pengulangan atau repetisi
Repetisi merupakan salah satu cara untuk mempertahankan hubungan konsesif antar kalimat. Hubungan ini dibentuk dengan mengulang satuan lingual.
Contoh: Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini.
b.      Sinonimi
Contoh: Hari pahlawan diperingati tiap 10 November. Mereka adalah pejuang bangsa yang rela mengorbankan jiwa raga demi kesatuan Negara Republik Indonesia. Jasa mereka selalu dikenang sepanjang masa.
c.       Antonim
Contoh: Dalam rangka menyambut peringatan kemerdekaan Republic Indonesia, warga setempat mengadakan kerja bakti. Bagi yang putrisebagian besar membawa sapu, sedangkan yang putra membawa sabit. Tak ketinggalan pula nenek maupun kakek ikut serta meramaikan peringatan tersebut.

d.      Hiponim
Contoh: Setiap hari Anita menyiram bunga di taman. Bermacam-macam bunga diantaranya mawar, melati, dahlia, dan anggrek.
e.       Kolokasi
Contoh: Bermula dari goresan bolpoin pada selembar kertas namanya sekarang tenar. Dari lembaran-lembaran kertas tersebut di gabung dalam satu buku. Buku tersebut menjadi perbincangan banyak orang karena banyak dimuat dalam majalah, koran, televisi. Berkat media massa, namanya menjadi terkenal.
C.      Koherensi
Sebuh kamus besar, dapat dibaca keterangan mengenai koherensi. Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya sehingga kalimat tersebut mempunyai kesatuan makna yang utuh (Amir Purba: 2007:http://dictum4magz.wordpress.com).
Yang termasuk unsur-unsur koherensi meliputi:
1.    Penambahan, yang berupa: dan, juga, lagi pula, selanjutnya, dll.
2.    Repetisi atau pengulangan
3.    Pronomina
4.    Sinonimi
5.    Totalitas Bagian
D.      Topik
Sebuah wacana mengungkapkan satu bahasan atau gagasan. Gagasan tersebut akan diurai, membentuk serangkaian penjelasan tetapi tetap merujuk pada satu topik. Sehingga topik yang diangkat atau yang dimaksud memberikan suatu tujuan. Tujuan-tujuan yang teradapat dalam wacana, dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis wacana. Seperti wacana persuasif, tujuannya untuk mempengaruhi pembaca. Atau bisa berupa simbol huruf P pada rambu-rambu lalu lintas, memberikan tujuan menginformasikan pengguna jalan, bahwa tempat bersimbol P, adalah tempat parkir.
Menurut Samsuri (1988:17-20) menyatakan bahwa dua orang peserta percakapan dapat berbicara dengan dua topik yang berbeda. Jelasnya, dalam satu peristiwa pembicaraan, para peserta percakapan dapat mengembangkan topik yang berbeda. Di dalam peristiwa percakapan itu, peserta berusaha mengembangkan topiknya masing-masing.

SUMBER :
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa Grup.
Samsuri. 1988. ANALISIS BAHASA. Jakarta: Erlangga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PIRANTI KOHESI DAN KOHERENSI

ANCANGAN KAJIAN WACANA (Teori Pragmatik, Teori Analisis Percakapan, dan Teori Analisis Variasi)

HAKIKAT WACANA DAN KEDUDUKAN DALAM LINGUISTIK