WACANA LISAN DAN TULISAN, MONOLOG DIALOG DAN POLILOG
WACANA LISAN DAN TULISAN, MONOLOG DIALOG DAN POLILOG
WACANA LISAN DAN TULISAN, MONOLOG DIALOG DAN POLILOG
Oleh : Tri Agustiningsih 2015 PBSI 2015 B/ 156148
a. Wacana tulis
Adalah jenis
wacana yang disampaikan melalui tulisan. Wacan tulis dapat berwujud sebuah
teks, sebuah alinea, dan sebuah wacana. Wacana tulis
ditandai oleh adanya penulis dan pembaca, bahasa yang dituliskan dan penerapan
sistim ejaan. Wacana tulis sering ditemukan pada bacaan majalah, koran, buku, makalah ,
dll.
b. Wacana lisan
Adalah
wacana yang disampaikan secara lisan ,sebagai media komunikasi wacana lisan,
wujudnya dapat berupa sebuah percakapan atau dialog lengkap dan penggalan
percakapan. Wacana lisan memiliki ciri adanya
penuturan dan mitra tutur, bahasa yang dituturkan, dan alih tutur yang menandai
giliran bicara. Wacana lisan ini sangat produktif dalam sastra lisan seluruh tanah air,
juga dalam siaran –siaran televisi, radio, khotbah, pidato, ceramah , serta
rkaman –rekaman dalam kaset turut melestarikan wacana lisan.
v Jenis wacana
berdasarkan langsung atau tidaknya pengungkapkan dibagi menjadi :
a.
Wacana langsung atau direct dicourse
Kutipan wacana yang sebenarnya dibtasi oleh intonasi atau
pungtuasi. (Kridalaksana , 1984 : 208 , dalam bukunya Tarigan : 2009 : 52)
contoh :
Pak guntur bercerita
,”mula- mula saya ragu mengambil keputusan berhenti menajdi guru sgb negeri
seribudolok . akan tetapi mendengar cerita dan dorongan teman saya rajidin
bangun , tekad saya telah bulat . saya meningglakn sgb negeri seridolok bu,
tempat saya bertugas selama tiga tahun. saya berangkat ke jawa melanjutkan ,
melanjutkan pelajaran pada jurusan bahasa indonesia fkip unpad bandung .
setelah hidup menderita bersama istri saya intan br. purba selama selama tiga
tahun saya pun lulus ujian sarjana muda tahun 1960 dan langsung diangkat menjadi
asisten dosen.
b.
Wacana tidak langsung atau indirect discourse.
Pengungkapan kembali
wacana tanpa mengutip harfiah
kata-kata yng dipakai oleh
pembicara dengan mempergunakan kontruksi
gramatikal atau kata tertentu , antar alain dnegan klausa subordinatif ,
seperti kata : bahwa , dsb. (Kridalaksana , 1984 : 208-9, dalam bukunya
Tarigan : 2009 : 52)
contoh :
Pak guntur
bercerita bahwa mula- mula
memang dia ragu mengambil keputusan berhenti menajdi guru sgb negeri
seribudolok . akan tetapi mendengar cerita dan dorongan tempatny bertugas
selama tiga tahun. dia berangkat ke jawa melanjutkan pelajaran pada jurusan
bahasa indonesia fkip unpad bandung . setelah hidup menderita bersama istrinya
intan br. purba selama tiga tahun dia pun lulus ujian sarjana muda tahun 1960
dan langsung diangkat menjadi asisten dosen.
v Jenis wacana berdasaran
cara menuturnya , diklasifikasikan atas:
a.
Wacana pembeberan atau eksplository discourse
Wacana yang tidak
mementingkan waktu dan penutur , berorientasi pada waktu pembicaraan , dan
bagian lainnya diikat secara logis. (Kridalaksana , 1984 : 208-9, dalam
bukunya Tarigan : 2007 :53)
contoh :
karangan itu memang bagus dan menarik temanya sesuai dengan tuntutan zaman
, sesuai dengan kemajuan bangsa .cara memaparkan isinya sangat sistimatis .
hubungan paragraf dengan paragraf sangat logis. bahasanya sangat baik .singkat
, padat menuju sasaran , ejaanya rapi , sesuai dengan EYD .pendek bentuk dan
isi karangan itus erasi benar .pantas saja karangan itu mendapat hadiah pertama
b.
wacana penuturan (Narattive discourse)
wacana yang
mementingkan urutan waktu , dituturkan oleh pesona pertama atau ketiga dalam
waktu tertentu , berorientasi pada pelaku dan seluruh bagiannya diikat oleh
kronologi. (Kridalaksana , 1993 : 231)
Contoh :
“ Pada pukul 05.00 WIB , Widya bangun tidur , dengan meninggalkan sholat
shubuh ia segera smsan dengan pacarnya, setelah satu jam sibuk berpacaran
melalui sms , ia pun segera mandi dan sarapanm. Pukul 06.30 ia siap ber
make-up, ssetelah usai bermake up ia siap berangkat ke kampus . Ia sampai kampus
pukul 07.30. Sesampai di Kampus ia ternyata tak ada satui pun orang yang kuliah
, tenyata hari itu merupakan tanggal merah , akhirnya Widya pun pergi ke rumah
pacarnya untuk berpacaran.( Aizvyan,2011 :1 )dalam –http://cahyohasanudin./blopgspot-struktur –wacan –yang –memiliki-dimiliki.html)
v Jenis wacana
berdasarkan acuannya atau sifatnya
dibagi atas:
Ø Wacana Fiksi.
Bentuk dan
isi wacana fiksi berorientasi pada imajinasi. Biasanya, tampilan bahasanya
mengandung keindahan (estetika). Mungkin sekali wacana fiksi bersifat
kenyataan, tetapi gaya penyampaiannya indah.
Wacana fiksi
bedarsarkan bentuknya terdiri dari tiga jenis yaitu :
- Wacana Prosa, Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan atau ditulis dalam bentuk prosa. Wacana prosa dapat berbentuk tulis atau lisan. Contoh : novel, cerpen, hikayat, roman, hikayat, cerita rakyat dll
- Wacana Puisi. Wacana puisi dituturkan dalam bentuk puisi, bisa berbentuk tulis atau lisan. Bahasa dan isinya berorentasi pada keindahan. Contoh : Puisi nasihat, puisi jenana, lagu, tembang dan belada dll.
Contoh pantun anak-anak
:
cimen simolah-molah
palu-palu –i kutabuluh
adi enggo sebenaken
sekolah
mela-malu adi la beluh
(‘mentimun
bergantung-gantung
palu pemukul di
kutabuluh
kalau sudah dimulai
sekolah
malu kalau tidak
pandai’)
- Wacana Drama. Wacana drama disampaikan dalam bentuk drama. Biasanya, drama berbentuk percakapan atau dialog. Oleh karena itu, dalam wacana harus ada pembicara dan yang di ajak bicara.
Contoh : A : Aku sama sekali tidak
membutuhkanmu , jadi silakan kamu pergi !
B: Aku
tidak akan pergi
sebelum kamu mau memaafkanku.
Ø Wacana Nonfiksi.
Wacana
nonfiksi adalah suatu wacana dari hasil olah pikir manusia yang melibatkan data
dan informasi nyata dan kadang menggunakan kaidah-kaiadah penulisan yang baku.
Contoh wacana nonfiksi : opini, essay, artikel dan laporan penelitian,skripsi,
dll.
v Jenis wacana
berdasarkan jumlah penutur.
a.Wacana
monolog
Adalah jenis
wacana yang dituturkan oleh satu orang. Umumnya wacana monolog tidak
menghendaki dan tidak menyediakan alokasi waktu terhadap respon pendengar.
Contoh: pidato, ceramah, presenter, dll.
b.Wacana Dialog
Adalah
wacana yang dituturkan oleh dua orang atau lebih, wacana ini bisa berbentuk
tulisan atau lisan. Wacana dialog tulis memiliki bentuk yang sama dengan wacana
drama ( misal : skenario ketoprak, naskah drama ,dll).
v Jenis Wacana
Berdasarkan Eksistensi Wacana
Djajasudarma (2006) membedakan
wacana berdasarkan eksistensinya. Dalam hal ini Djajasudarma memandang bahwa
wacana merupakan bahasa yang digunakan dalam pembicaraan. Sehingga Djajasudarma
menggolongkan eksistensi wacana menjadi wacana verbal dan nonverbal.
(Djajasudarma (2006) dalam eprints.uny.ac.id/8341/3/BAB%202-06204241001.pdf)
a.
Wacana
verbal
Dapat
diidentikkan dengan kelengkapan struktur bahasa. Struktur bahasa yang dimaksud
adalah bagaimana menggunakan fonem, morfem, frasa, dan kalimat dalam berbahasa,
baik menyangkut bahasa tertulis maupun secara lisan. Jadi struktur kebahasaan
yang disampaikan secara verbal dan memenuhi kriteria sebagai wacana, memiliki
awal dan akhir yang jelas, dapat dianggap sebagai wacana verbal.
b.Wacana
nonverbal
Adalah
wacana yang terdiri dari unsur-unsur nonkebahasaan. Unsur-unsur nonkebahasaan
ini sering juga disebut bahasa tubuh (body language). Wacana jenis ini
disebut bahasa tubuh karena penutur berkomunikasi dengan mitra tuturnya dengan
memainkan anggota tubuh. Wacana nonverbal juga dapat berupa simbol-simbol umum
yang telah menjadi kesepakatan masyarakat yang menjadi pendukung wacana
tersebut. Simbol-simbol tersebut seperti tanda-tanda rambu lalu lintas atau
bunyi-bunyi yang dihasilkan melalui kentongan.
Suatu fenomena yang sangat umum
terjadi dalam suatu wacana adalah kombinasi antara wacana verbal dan nonverbal.
Bila kita cermati wacana-wacana dalam bentuk khotbah, sastra lisan, pantun,
drama, puisi dan lainnya, penyampaiannya adalah dalam bentuk kombinasi antara
wacana verbal dan nonverbal. Ketika seorang berbicara, anggota tubuhnya seperti
tangan, mata, dan kepala senantiasi bergerak mengikuti nada suara, dan situasi
psikologinya. Semakin memuncak emosi seseorang, semakin cepat pula gerakan
anggota tubuhnya.
Komentar
Posting Komentar